Senin, 07 November 2011

Jamaah; Kewajiban Yang Ditinggalkan

Jamaah; Kewajiban Yang Ditinggalkan







إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له .وأشهد أن لا إله إلا الله وحده .لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

أما بعد

Sebelum Muslimin -Semoga Alloh Paring Barokah- Membaca Artikel Dibawah Ini, Perlu diperhatikan Beberapa Poin Penting Penjelasan Tentang: 
"Syahnya Penyampaian Ilmu Menurut Salafussholih" dan
"MANQUL, MUSNAD, MUTTASHIL DAN RO’YI/PENDAPAT"



Disampaikan Oleh Abu Sahel dengan Beberapa Penyesuaian:

Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah Showlolloh 'alaih wassalam;
"Islam akan berpecah-belah menajadi 73 perpecahan,  yang 72 ke neraka dan hana satu ke surgayakni yang berjamaah."
[HR. Sunnan Abu Dawud, filkitab Assunnah, Nomor 4599]

Umat Islam (bahkan termasuk yang bergelar Ulama’) saat ini telah banyak yang “tidak kenal” dengan pengertian Al-Jama'ah yang sesungguhnya, bahkan banyak diantara mereka yang membuat penafsiran akan makna Al-Jama'ah dengan bentuk atau konsep yang menyimpang dari hakikat Al-Jamaah yang telah diamalkan oleh Rosululloh  Showlolloh 'alaih wassalam dan tiga generasi terunggul dari umatnya; sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Diantara mereka ada yang menafsirkan Al-Jama'ah adalah; para sahabat Nabi Showlolloh 'alaih wassalam, ada juga yang menafsirkan Al-jama'ah adalah; golongan ahli ilmu. Ala kulli hal dua tafsiran ini mungkin masih bisa diterima dengan pengertian; para sahabat dan ahli ilmu yang dalam hidup mereka mempunyai imam yang dibaiat.

Akan tetapi yang sungguh menyimpang adalah sebagian dari mereka yang menafsirkan jama’ah menggunakan ra’yu dan hawa nafsu serta bertentangan baik dengan naql (al-Qur’an dan al- Hadits) atupun ‘aql (akal sehat), yaitu mereka yang menafsirkan Jamaah adalah; umumnya umat Islam (dengan tanpa adanya Imam), lebih dari itu mereka menuduh golongan umat Islam yang membentuk jamaah dan mengangkat imam yang dibai’at adalah golongan firqah hizbiyyah (kelompok firqah) bahkan mereka melontarkan tuduhan-tudahan yang keji dengan memberi label ahlul bid’ah wal ahwa’; pengikut bid’ah dan hawa nafsu. Sungguh ironis bahwa yang memberi penafsiran jamaah seperti itu (umumnya umat Islam dengan tanpa imam) justru mereka yang menisbatkan diri sebagai golongan “Salafi” atau orang-orang yang bermanhaj Salaf (1).

Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka seperti sama sekali tidak mampu memahami pengertian jama’ah yang sebenarbenarnya?

apakah mereka termasuk; orang-orang yang oleh Allah
dikunci rapat hati dan pendengaran mereka?

dan ditutup mata mereka, sehingga sama saja diberi peringatan atau tidak diberi peringatan tetap tidak akan beriman ?

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."
[QS. Al-Baqarah  6 – 7]

Ataukah mereka pangling (lupa) akan “haq”nya menetapi agama Islam dengan berjamaah sebagaimana; panglingnya orang-orang ahli Kitab terhadap Rasulullah, padahal sebenarnya mereka telah mengenal beliau dari kitab-kitab mereka sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri?

"Orang-orang [Yahudi dan Nasrani] yang telah Kami beri Al Kitab [Taurat dan Injil] mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui."
[QS. Al-Baqarah: 146]

Ataukah mereka orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah; walaupun seandainya diturunkan para Malaikat kepada mereka dan orang yang sudah mati bangkit dan berbicara pada mereka, juga dikumpulkan semua makhluk untuk berbicara kepada mereka, memberi tahu bahwa al-Qur’an ini hak akan tetapi mereka tetap tidak beriman?

"Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan [pula] segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak [juga] akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."
[QS. Al-An’am: 111]

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pada awalnya menggelitik di hati saya, sehingga saya teringat akan firman Allah Dzat yang Maha Tahu ternyata juga menyindir kepada mereka yang “degil” tetap tidak beriman walaupun telah menjumpai dan mengetahui kebenaran:

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka [dapat] dipalingkan [dari jalan yang benar]?"
[QS. Al-Ankabut: 61]

2 komentar:

republik lovebird mengatakan...

jadi antum punya imam n baiatz ya

Hamba ilahi mengatakan...

Hidayah allah akan kita nikmati di kala dasar yg kita amalkan sesuai qur'an khadis,dan tentu sebaliknyasmoga kita dlm hidayahnya....

Posting Komentar