4 JENIS PERTANYAAN
Sebelum Muslimin -Semoga Alloh Paring Barokah- Membaca Artikel
Dibawah Ini, Perlu diperhatikan Beberapa Poin Penting Penjelasan
Tentang:
"Syahnya Penyampaian Ilmu Menurut Salafussholih" dan
"MANQUL, MUSNAD, MUTTASHIL DAN RO’YI/PENDAPAT"
"Syahnya Penyampaian Ilmu Menurut Salafussholih" dan
"MANQUL, MUSNAD, MUTTASHIL DAN RO’YI/PENDAPAT"
Petuah
orang bijak; MALU BERTANYA SESAT DI JALAN, meyiratkan makna bahwa agar
kita tidak segan untuk menanyakan sesuatu yang kita tidak tahu agar kita
tidak salah dan menjadi orang yg rugi.
Namun kadang2 kita menjumpai nasehat yang seolah-olah “kontradiksi” di suatu kesempatan ada yang nasehat; Kalau ada yang belum jelas silahkan bertanya jangan malu-malu ? namun di kesempatan lain ada yang nasehat dengan tegas; Jangan banyak bertanya sebab itu ciri-ciri orang Bani Israil dan termasuk 3 perkara yang dibenci oleh Allah !
Lalu …, mana yang benar; Bertanya …., atau Diam saja ..???
Untuk menjawab pertanyaan tersebut baiknya kita kenal dahulu jenis2 pertanyaaan;
1. Bertanya karena ingin tahu.
Ini adalah jenis pertanyaan yang bukan hanya boleh tapi wajib kita lakukan; kalau memang belum tahu/faham maka jangan segan2 untuk bertanya, hal ini sesuai dg firman Allah
فَاسْأَلُوا أَهْل الذِّكْر إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah pada orang yang mempunyai peringatan (ahli ilmu) jika kalian tidak tahu. QS. An-Nahl : 43. dan Al-Anbiya’ : 7.
أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
Mengapa mereka tidak mau bertanya ketika tidak tahu ? maka sesungguhnya obatnya kebodohan (hanyalah) bertanya. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad.
2. Bertanya karena dengan tujuan berbagi ilmu pada orang lain.
Biasanya dilakukan oleh orang Alim yang mengikuti suatu majelis ilmu dia melihat bahwa banyak orang yang belum faham atas beberapa perkara akan tetapi mereka malu atau segan bertanya kepada sang guru, maka si Alim berinsiatif untuk bertanya “mewakili” teman2nya yg belum faham, hal ini pernah terjadi di zaman Rasulullah S.A.W beliau pada suatu hari di datangi seorang laki2 yang asing (tdk ada seorangpun dari sahabat yg mengenalnya) dia bertanya kepada Rasulullah tentang 4 pertanyaan; apakah arti Islam, Iman, Ihsan dan Qiyamat, setelah lelaki itu pergi, Nabi memberi tahu kepada para sahabat; Dia (yang bertanya) adalah Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan (ilmu) agama pada kalian. HR. Al-Bukhari : K. Iman
3. Bertanya karena ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih tahu daripada yang
ditanya.
Ini adalah pertanyaannya orang yang sombong yang telah melanggar etika atau adab orang mencari ilmu sebagaimana salah satu dari 9 Adab pencari ilmu yang ditulis oleh imam as-Syathibi.
4. Bertanya karena ingin merubah hukum.
Ini adalah jenis pertanyaan yang 100% tipikal “Bani Israil” dan yang dilarang oleh Allah serta Rasulullah S.A.W. pertanyaan seperti ini sangat bervariasi, ada yang karena menganggap terlalu ringan kemudian ditanyakan lagi sampai akhirnya peraturan/perintah berubah yang haram-menjadi halal dan sebaliknya, atau yg ringan menjadi berat, seperti kisah Bani Israil ketika diperintah memotong sapi betina (lihat QS. Al-Baqarah : 67-73.)
Kesimpulan :
- Pertanyaan nomer 1 dan 2 itu jenis pertanyaan yang diperbolehkan bahkan “wajib” hukumnya.
- Sedangkan pertanyaan jenis nomer 3 dan 4 haram hukumnya dalam hal ini Allah dan Rasul telah memberi peringatan keras;
يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاء إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
Wahai orang2 yg beriman janganlah kalian bertanya dari perkara-perkara yang jika diterangkan (jawabannya) maka akan membertakan kepada kalian. QS. A-Maidah : 101
أَعْظَم الْمُسْلِمِينَ فِي الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْء لَمْ يُحَرَّم فَحُرِّمَ عَلَى النَّاسِ مِنْ أَجْل مَسْأَلَته
Orang-orang Islam yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, (akhirnya) diharamkan gara-gara pertanyaannya. HR. Abu Dawud : K. Sunnah
Bertanya pun ada aturannya, Nabi Nuh alaihis salam pernah ditegur oleh Allah gara2 “menanyakan” sesuatu yg tdk berlandaskan ilmu yaitu mempertanyakan kenapa anak “semata wayangnya” yang sangat dicintai termasuk orang yang ditelan badai (lihat QS. Hud : 45-47).
Jadi ….., Jangan takut bertanya selama anda memang belum faham karena hanya dengan bertanyalah anda akan menjadi faham, dan yakinlah bahwa anda akan mendapat pahala serta manfaat yang banyak sebab pertanyaan anda.
Tapi…., Takutlah bertanya jika niat anda sudah tidak “jujur” misalnya hanya karena ingin pamer, atau menjatuhkan wibawa yg ditanya, atau ingin merubah hukum “yang halal menjadi haram dan sebaliknya”.
Namun kadang2 kita menjumpai nasehat yang seolah-olah “kontradiksi” di suatu kesempatan ada yang nasehat; Kalau ada yang belum jelas silahkan bertanya jangan malu-malu ? namun di kesempatan lain ada yang nasehat dengan tegas; Jangan banyak bertanya sebab itu ciri-ciri orang Bani Israil dan termasuk 3 perkara yang dibenci oleh Allah !
Lalu …, mana yang benar; Bertanya …., atau Diam saja ..???
Untuk menjawab pertanyaan tersebut baiknya kita kenal dahulu jenis2 pertanyaaan;
1. Bertanya karena ingin tahu.
Ini adalah jenis pertanyaan yang bukan hanya boleh tapi wajib kita lakukan; kalau memang belum tahu/faham maka jangan segan2 untuk bertanya, hal ini sesuai dg firman Allah
فَاسْأَلُوا أَهْل الذِّكْر إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah pada orang yang mempunyai peringatan (ahli ilmu) jika kalian tidak tahu. QS. An-Nahl : 43. dan Al-Anbiya’ : 7.
أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
Mengapa mereka tidak mau bertanya ketika tidak tahu ? maka sesungguhnya obatnya kebodohan (hanyalah) bertanya. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad.
2. Bertanya karena dengan tujuan berbagi ilmu pada orang lain.
Biasanya dilakukan oleh orang Alim yang mengikuti suatu majelis ilmu dia melihat bahwa banyak orang yang belum faham atas beberapa perkara akan tetapi mereka malu atau segan bertanya kepada sang guru, maka si Alim berinsiatif untuk bertanya “mewakili” teman2nya yg belum faham, hal ini pernah terjadi di zaman Rasulullah S.A.W beliau pada suatu hari di datangi seorang laki2 yang asing (tdk ada seorangpun dari sahabat yg mengenalnya) dia bertanya kepada Rasulullah tentang 4 pertanyaan; apakah arti Islam, Iman, Ihsan dan Qiyamat, setelah lelaki itu pergi, Nabi memberi tahu kepada para sahabat; Dia (yang bertanya) adalah Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan (ilmu) agama pada kalian. HR. Al-Bukhari : K. Iman
3. Bertanya karena ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih tahu daripada yang
ditanya.
Ini adalah pertanyaannya orang yang sombong yang telah melanggar etika atau adab orang mencari ilmu sebagaimana salah satu dari 9 Adab pencari ilmu yang ditulis oleh imam as-Syathibi.
4. Bertanya karena ingin merubah hukum.
Ini adalah jenis pertanyaan yang 100% tipikal “Bani Israil” dan yang dilarang oleh Allah serta Rasulullah S.A.W. pertanyaan seperti ini sangat bervariasi, ada yang karena menganggap terlalu ringan kemudian ditanyakan lagi sampai akhirnya peraturan/perintah berubah yang haram-menjadi halal dan sebaliknya, atau yg ringan menjadi berat, seperti kisah Bani Israil ketika diperintah memotong sapi betina (lihat QS. Al-Baqarah : 67-73.)
Kesimpulan :
- Pertanyaan nomer 1 dan 2 itu jenis pertanyaan yang diperbolehkan bahkan “wajib” hukumnya.
- Sedangkan pertanyaan jenis nomer 3 dan 4 haram hukumnya dalam hal ini Allah dan Rasul telah memberi peringatan keras;
يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاء إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
Wahai orang2 yg beriman janganlah kalian bertanya dari perkara-perkara yang jika diterangkan (jawabannya) maka akan membertakan kepada kalian. QS. A-Maidah : 101
أَعْظَم الْمُسْلِمِينَ فِي الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْء لَمْ يُحَرَّم فَحُرِّمَ عَلَى النَّاسِ مِنْ أَجْل مَسْأَلَته
Orang-orang Islam yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, (akhirnya) diharamkan gara-gara pertanyaannya. HR. Abu Dawud : K. Sunnah
Bertanya pun ada aturannya, Nabi Nuh alaihis salam pernah ditegur oleh Allah gara2 “menanyakan” sesuatu yg tdk berlandaskan ilmu yaitu mempertanyakan kenapa anak “semata wayangnya” yang sangat dicintai termasuk orang yang ditelan badai (lihat QS. Hud : 45-47).
Jadi ….., Jangan takut bertanya selama anda memang belum faham karena hanya dengan bertanyalah anda akan menjadi faham, dan yakinlah bahwa anda akan mendapat pahala serta manfaat yang banyak sebab pertanyaan anda.
Tapi…., Takutlah bertanya jika niat anda sudah tidak “jujur” misalnya hanya karena ingin pamer, atau menjatuhkan wibawa yg ditanya, atau ingin merubah hukum “yang halal menjadi haram dan sebaliknya”.
0 komentar:
Posting Komentar